Kehamilan pada Penderita Epilepsi

Contoh soal: Sekartaji (22 th) seorang penderita epilepsi, setiap hari mengkonsumsi fenitoin 300mg/hari, fenobarbital 100 mg/hari dan karbamasepin 200 mg/hari. Sudah selama 2 tahun ini kadar obat-obat tersebut di dalam darah konsisten dan sudah tidak pernah lagi mengalami kejang selama 18 bulan terakhir. Dia baru saja menikah 2 bulan yang lalu.

Kehamilan pada Penderita Epilepsi

Pertanyaan
a. Apa saran saudara bila dia ingin segera punya anak?
b. Apa saran saudara bila dia ingin menggunakan obat untuk KB?

Jawaban
a. Saran bila pasien ingin punya anak
Kehamilan pada wanita yang mengidap epilepsi dapat menaikkan beberapa masalah, termasuk kemungkinan meningkatnya maternal seizure, komplikasi selama kehamilan dan adverse fetal outcome (dengan kata lain, ada kemungkinan kecacatan pada janin). Gampangannya, kalo pas hamil epilpesinya kumat sampai kejang-kejang, bisa membahayakan keselamatan janin (kalo parah bisa keguguran).

Fakta lain yang harus diketahui adalah obat-obat anti epilepsi (AED/Anti Epileptic Drug) seperti barbiturat dan fenitoin dapat menyebabkan congenital heart malformation, orofacial clefts dan berbagai malformasi. Asam valproat dan karbamazepin dapat menyebabkan spina bifida (neural tube defect) dan hypospadias. Dengan kata lain, pada umumnya obat-obat anti epilepsi bersifat teratogenik.
Kehamilan pada Penderita Epilepsi
Kehamilan pada Penderita Epilepsi

So.........., saran yang harus diberikan:
• Penderita epilepsi yang akan hamil HARUS DIBERI KONSELING tentang efek epilepsy terhadap kehamilan, efek kehamilan terhadap epilepsy, dan potensi teratogenik dari obat antiepilepsi.

• Perlu dikonselingkan faktor2 apa saja yang meningkatkan risiko kejang selama kehamilan sehingga dapat diwaspadai, yaitu:
- Ketidakpatuhan pasien meminum obat karena takut efek teratogenik obat,
- Meningkatnya konsentrasi estrogen yang menurunkan ambang kejang,
- Kurang tidur dan stres.

• Apabila pasien ingin hamil, kehamilan harus direncanakan terlebih dahulu. Saat ini pasien mengkonsumsi 3 obat antiepilepsi (fenitoin 300mg/hari, fenobarbital 100 mg/hari dan karbamasepin 200 mg/hari). Dengan pengobatan itu, pasien tidak pernah mengalami kejang lagi selama 18 bulan. Jika ingin hamil, 3 obat ini harus diturunkan perlahan-lahan dosisnya selama 6 bulan sebelum konsepsi. Kemudian, dipilih salah satu obat AED yang efek sampingnya paling sedikit (monoterapi) dengan dosis serendah mungkin karena dosis besar dan politerapi meningkatkan resiko teratogenik. (temen-temen cari lagi di buku ya! kayaknya ini ada di dipiro deh.).

• Asam folat 4000 mcg selama 1-3 bulan sebelum konsepsi dan dilanjutkan selama trimester pertama. Kemudian untuk mencegah teratogenik AED dengan dosis 0,4-5 mg tiap hari sampai persalinan..

• Vitamin K dosis 10 mg po selama 6 minggu terakhir kehamilan dan 20 mg/hari (2x10mg/hari) selama 2 minggu sebelum kalahiran. Jika hal ini tidak dilakukan, maka parenteral vit.K harus diberi saat persalinan. Hal ini diperlukan untuk mencegah risiko perdarahan pada bayi baru lahir karena defisiensi vit.K yang disebabkan Phenytoininduced vitamin K.

b. Saran bila pasien ingin mengunakan obat KB
Sebelum memberi saran, ada beberapa hal yang harus temen-temen ketahui. Pada wanita, estrogen memiliki efek mengaktivasi terjadinya seizure, sedangkan progresteron memiliki efek memproteksi terjadinya seizure. Estrogen memiliki efek menginhibisi reseptor GABA, mempotensiasi eksitatori akitivitas glutaminergik. Progesteron memiliki efek berlawanan dengan estrogen, yaitu mempotensiasi aktivitas reseptor GABA dan menurunkan kecepatan neural discharge.

Obat-obat antiepilepsi, terutama yang bersifat induktor enzim pemetabolisme di hati, dapat mempengaruhi hormon dengan meningkatkan metabolisme steroid hormone dan menginduksi produksi hormon seks yang berikatan dengan globulin. Hal ini dapat menyebabkan turunnya fraksi hormon dalam bentuk bebas. Obat-obat antiepilepsi yang bersifat induktor enzim pemetabolisme dapat menyebabkan kegagalan pada wanita yang juga mengkonsumsi kontrasepsi oral.

So, ............. saran yang harus diberikan:
• Untuk antiepilepsi bisa diberikan fenitoin dosis 300 mg/hari dalam dosis terbagi yaitu 3xsehari dan duarsi jangka panjang….perlu monitor kadar hormone.

• Untuk kontrasepsi, terapi dengan moderate atau high hormonal dosis oral kontrasepsi. Etinil estradiol dosis 50 mcg/hari bisa dipilih dengan regimen 1x sehari, dengan durasi sampai ingin hamil.

• Oral kontrasepsi diminum 1x sehari bersama atau tanpa makanan.

• Jika lupa minum obat, maka segera minum saat ingat dan minumlah tablet berikutnya pada waktu yang seharusnya walaupun minum 2 tablet dalam 1 hari atau waktu yang sama.

• Informasikan kepada pasien agar melaporkan bila terjadi efek samping obat seperti depresi berat dan TD> 160/100 mmHg.

• Fenitoin diminum 3x sehari 1 kapsul bersama makanan. Jika terlambat 1 dosis segera minum setelah ingat. Jika sudah mendekati dosis selanjutnya maka minum dosis yang selanjutnya saja (jangan mendobel/menambah dosis), gunakan secara teratur kembali.

• Kebanyakan obat-obat oral KB mengandung kombinasi progesteron dan estrogen. Sarankan penggunaan oral KB yang isinya hnya progesteron saja. Namun tingkat keberhasilan untuk mencegah kehamilan dengan pil yang berisi progestagen saja lebih rendah dari pil kombinasi.

• Disarankan juga untuk menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.

0 komentar

Posting Komentar